UNBK 2019 Ditarget 100 Persen KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Siswa-siswi SMA PGRI 12, Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengikuti ujian nasional hari pertama, Senin (9/4/2018). Lebih dari 1,98 juta siswa SMA dan sederajat se-Indonesia mengikuti ujian nasional Senin kemarin hingga Kamis lusa. JAKARTA, KOMPAS — Ujian nasional berbasis komputer untuk tingkat sekolah menengah atas tahun 2018 diikuti 91 persen siswa SMA se-Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengharapkan pada tahun 2019 jenjang SMA dan SMK bisa melaksanakan UNBK 100 persen. Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Daryanto ketika memantau ujian nasional berbasis komputer (UNBK) SMA, Senin (9/4/2018), di Jakarta mengatakan, selain lebih hemat ongkos daripada UN tulis, metode ujian berbasis komputer ini juga mengurangi risiko kecurangan dan kebocoran soal. Saat ini terdapat 16 provinsi yang sudah melaksanakan UNBK SMA 100 persen‎, antara lain DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Bangka Belitung. Di Kalsel, misalnya, mulai tahun ini, semua SMA/madrasah aliyah melaksanakan UNBK. Untuk SMK, UNBK 100 persen sudah diterapkan sejak 2017 meskipun sejumlah sekolah belum bisa melaksanakan UNBK secara mandiri karena keterbatasan sarana dan prasarana. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel Muhammad Yusuf Effendi mengatakan, penerapan UNBK SMA/MA 100 persen itu bukan tuntutan dari pemerintah, melainkan hasil kesepakatan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). ”Karena MKKS sudah bersepakat, kami pun mengamini dan mendorong pelaksanaan UNBK SMA/MA 100 persen,” ujarnya di Banjarmasin. Dana BOS Untuk mendukung UNBK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel memperbolehkan sekolah menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) daerah dari APBD untuk pengadaan komputer. Dari 184 SMA dan 152 MA di Kalsel, kata Yusuf, ada 38 SMA dan 47 MA yang belum bisa melaksanakan UNBK secara mandiri. Kepala SMA PGRI 2 Banjarmasin H Husaini mengatakan, untuk UNBK, sekolahnya menumpang di SMK Negeri 5 Banjarmasin. ”Jumlah komputer di sekolah kami, dengan tambahan 20 unit dari dana BOS daerah dan 5 unit dari dana BOS APBN, baru 60 unit. Sementara jumlah siswa yang mengikuti ujian nasional tahun ini 282 orang. Idealnya harus ada 100 komputer,” tuturnya. Selain itu, menurut Husaini, sekolahnya baru memiliki satu server, masih kurang tiga server. Sekolahnya juga belum memiliki genset untuk mengantisipasi listrik padam saat pelaksanaan UNBK. Menilik data Kemdikbud, sebanyak 70,8 persen SMA melaksanakan UNBK secara mandiri. Sementara itu, 14,1 persen SMA mengirim siswanya untuk mengikuti UNBK di sekolah lain. Adapun 15,1 persen SMA masih melaksanakan ujian nasional secara tertulis. ”Mode berbagi sarana memang direkomendasikan,” ujar Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemdikbud Mochammad Abduh di Jakarta, Senin. Guna memastikan tercapainya target SMA/SMK bisa melaksanakan UNBK 100 persen, ia mengimbau pemerintah daerah berkoordinasi dengan PLN, Telkom, dan perguruan tinggi nasional di wilayah mereka. Jaringan internet Kemarin, ujian nasional berbasis komputer di Kota dan Kabupaten Jayapura, Papua, molor hingga beberapa jam. Hal ini terjadi karena gangguan jaringan internet akibat putusnya kabel fiber optik milik PT Telkom sejak Jumat (6/4/2018) di perairan Sarmi-Biak. Di SMA Satria Nusantara di Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, misalnya, UNBK yang diikuti sekitar 60 siswa itu baru terlaksana pukul 10.00 WIT, padahal seharusnya dimulai pukul 07.45. Kepala SMA Satria Nusantara Efendi Ibrahim mengatakan, pelaksanaan UNBK di sekolahnya dilakukan secara bergiliran sesuai jumlah komputer yang tersambung jaringan internet.