KOMPAS/MEDIANA Suasana Seminar Pekerja Hari Gini yang berlangsung Sabtu (21/4/2018), di Gedung LBH Jakarta. Seminar ini rangkaian kegiatan Festival Pekerja 2018. JAKARTA, KOMPAS – Arus perkembangan teknologi digital tidak serta merta membuat kondisi pekerja menjadi lebih baik. Beban kerja tanpa perhitungan, lembur terlalu lentur, dan status mitra tanpa hak bersuara adalah sebagian contoh bentuk kerentanan yang mereka hadapi. Hal itu mengemuka dalam seminar Pekerja Hari Gini, Sabtu (21/4/2018) di Gedung Lembaga Bantuan Hukum Jakarta. Seminar ini termasuk dalam rangkaian Festival Pekerja. Aktivis perempuan dan anggota Purplecode Collective (komunitas pemerhati gender dan teknologi), Dhyta Caturani, memandang, kerentanan lebih berat dialami oleh perempuan pekerja di sektor formal sekaligus ibu rumah tangga. Beberapa perempuan pekerja akhirnya memilih melakoni penuh menjadi ibu rumah tangga karena tidak sanggup membayar upah pekerja rumah tangga (PRT). Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi Ikhsan Raharjo menjelaskan, pemerintah telah menerbitkan kebijakan untuk menjalankan industri generasi keempat (industri 4.0). Namun, dia mengamati, setiap rumusan kebijakannya tidak mengakomodasi potensi kerentanan pekerja. Sementara itu, pembangunan ekosistem inovasi untuk mengimplementasikan industri 4.0 membutuhkan keterlibatan serta kolaborasi pemerintah, pelaku industri, dan akademisi. Kementerian Perindustrian berharap melalui sinergi tersebut, Indonesia akan menjadi salah satu dari 10 negara ekonomi terkuat dunia di tahun 2030 mendatang. ”Kemenperin yang telah ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai leading ministry untuk menyiapkan strategi implementasi Industri 4.0 terus bergerak cepat,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara melalui rilis Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di Jakarta, Minggu (22/4/2018). Ada lima sektor yang pada tahap awal diprioritaskan dalam implementasi industri 4.0 adalah industri makanan dan minuman, tekstil, kimia, elektronika, dan otomotif. Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia Fajar Budiono mengatakan, dukungan bagi pelaku industri hilir untuk mengakses pameran teknologi termutakhir akan sangat membantu dalam mengarahkan mereka menuju implementasi industri 4.0. ”Apalagi pameran teknologi di industri hilir hampir tiap bulan itu ada, baik di dalam maupun luar negeri,” katanya.