DEONIISA ARLINTA UNTUK KOMPAS Sejumlah perwakilan dari beberapa kementerian dan lembaga, serta pelaku UMKM dan marketplacemendorong gerakan UMKM Indonesia jualan online, Selasa (24/4/2018), di Jakarta. Ditargetkan, ada 8 juta UMKM yang sudah berjualan secara daring pada 2020. JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah terus didorong untuk semakin terhubung dengan jaringan pemasaran secara daring. Pendampingan secara holistik diperlukan agar usaha tersebut bisa berkelanjutan. Untuk itu, sinergisitas lintas sektor, mulai dari pemerintah, swasta, dan pelaku usaha, terus dioptimalkan. Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (LLP-UKM) Kementerian Koperasi dan UKM Emilia Suhaimi menuturkan, saat ini baru 3,97 juta pelaku UMKM yang memasarkan produknya secara daring. Jumlah tersebut dinilai masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah pelaku UMKM di Indonesia. DEONISIA ARLINTA UNTUK KOMPAS Emilia Suhaimi (tengah) ”UMKM yang go online baru ada sekitar 6,3 persen dari 59,26 juta pelaku UMKM. Jadi, potensi transformasi digital bagi pelaku UMKM di Indonesia masih sangat besar,” ujarnya seusai acara pembukaan gerakan ”Ayo UMKM Jualan Online” di Jakarta, Selasa (24/4/2018). Pemerintah pun menargetkan pada 2020 ada 8 juta pelaku UMKM yang sudah beralih berjualan secara daring melalui marketplace lokal. Jumlah ini ditentukan berdasarkan besar pelaku UMKM yang sudah berjualan secara daring tetapi masih terbatas pada media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Pelaku UMKM yang sudah berjualan melalui media sosial tercatat sekitar 18 persen dari seluruh pelaku UMKM di Indonesia. Pada 2020, Indonesia ditargetkan menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan proyeksi nilai transaksi e-dagang mencapai 130 juta dollar AS. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menambahkan, pemerintah memiliki harapan yang besar di sektor ekonomi digital. Bahkan, pada 2020, Indonesia ditargetkan menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan proyeksi nilai transaksi e-dagang mencapai 130 juta dollar AS. DEONISIA ARLINTA UNTUK KOMPAS Semuel Abrijani Pangerapan Merujuk data Mckinsey Institute, nilai transaksi UMKM dapat berkembang dua kali lebih cepat jika beralih ke pemasaran daring. Selain itu, desakan bagi UMKM untuk beralih ke penjualan daring karena ancaman e-dagang besar dunia yang mengincar konsumen Indonesia. ”Jika (pelaku UMKM) tidak segera beralih (daring) akan sulit bersaing baik di pasar domestik maupun global,” ujarnya. Irdayati, pemilik usaha Hijabest berharap, ada lebih banyak bantuan pendampingan yang diberikan oleh pemerintah atau pihak lain terutama pendampingan untuk mengembangkan usahanya secara daring. ”Saya masih terkendala pemasaran dalam penjualan online untuk kemasan dan foto produk. Kalau jualan online kan itu juga penting,” ujarnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Utari, pemilik usaha Srundeng Sapi asal Bekasi. Ia mulai menjual produk dagangannya secara daring pada September 2017. Awalnya, ia mulai memasarkan di media sosial. (Saya) sempat jual di Facebook dan laku, pernah sampai ke Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Sekarang mulai jual lewat marketplacekarena ada gratis ongkos kirim. ”(Saya) sempat jual di Facebook dan laku, pernah sampai ke Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Sekarang mulai jual lewat marketplacekarena ada gratis ongkos kirim,” kataya. Sinergisitas Untuk terus mendorong upaya tersebut, sinergisitas antarsektor terus ditingkatkan. Pemerintah bersama dengan pihak swasta dan marketplace bekerja sama untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi pelaku UMKM agar penjualan produk secara daring bisa lebih optimal. Menurut Emilia, pelaku UMKM harus terus didampingi agar usahanya bisa berkelanjutan. ”Mereka (pelaku UMKM) biasanya hanya tahu berproduksi. Jadi harus didampingi secara intens, terutama dalam hal pemasaran secara online,” katanya. Mereka (pelaku UMKM) biasanya hanya tahu berproduksi. Jadi harus didampingi secara intens, terutama dalam hal pemasaran secara online. Kementerian Koperasi dan UKM, katanya, memberikan bantuan melalui pemberian kreadit usaha rakyat yang dengan bunga 7 persen. Selain itu, setiap tahun diberikan secara gratis untuk pemilikan izin usaha mikro kecil dan pemberian sertifikasi produk halal bagi 1.000 pelaku UMKM. Head of Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa program dan inisiatif untuk mendampingi pelaku UMKM di Indonesia. Program tersebut adalah Kampus Shopee, Kreasi Nusantara, dan Ngupee. Dari 1,6 juta penjual di Shopee, sekitar 80 persen merupakan pelaku UMKM. ”Tahun 2018, kami mengajar komunitas pelaku UMKM di 30 kota besar. Pendampingan yang dilakukan cukup komprehensif, selain pengenalan tentang e-dagang juga soal branding, pengemasan, dan penggunaan aplikasi digital,” ujar Radityo. Tahun 2018, kami mengajar komunitas pelaku UMKM di 30 kota besar. Pendampingan yang dilakukan cukup komprehensif, selain pengenalan tentang e-dagang juga soal branding, pengemasan, dan penggunaan aplikasi digital. Ia menyampaikan, kendala yang dihadapi saat ini adalah komitmen dari pelaku UMKM itu sendiri. Sebagian pelaku UMKM masih belum bisa berkomitmen untuk terus menjalankan usahanya secara daring. DEONISIA ARLINTA UNTUK KOMPAS Muhammad Fikri Sementara, Head of Community Management Bukalapak Muhammad Fikri menilai, kendala untuk mengembangkan usaha secara daring adalah dari infrastruktur jaringan internet dan losgistik. ”Beberapa kota, termasuk di daerah pinggiran, masih terkendala jaringan internet. Untuk itu, kami harapkan pemerintah bisa meningkatkan infrastruktur di daerah pinggiran,” katanya.